Kuhimput dadaku yang tiba-tiba berdetak di kedalaman tak terhingga dengan kedua lenganku. Tapi masih saja dentumnya goyahkan langkahku yang berusaha tegak berdiri. Sampai akhirnya aku terjatuh bertumpu pada satu lutut kananku. Aku kibaskan kepalaku berulang untuk mengusik bayangan yang selalu menghantuiku; Masa lalu yang selalu saja meninju-ninju hatiku seperti ingin menghancurkan dindingnya.

Aku ingat tak sekali dua kali perasaan seperti itu muncul dan menyudutkanku pada kesendirian yang panjang. Begitu juga pada kepedihan, pada kekecewaan dan pada kerinduanku. Segores cerita itu telah membekas dalam di sekujur masa laluku yang tak mungkin dengan begitu saja bisa terhapus. Ini sungguh berbeda dengan guratan di pasir pantai yang hilang tersapu ombak yang membelainya.

Aku sadari bahwa waktu juga yang akan membantu menyembuhkan luka menganga di jiwaku. Hingga entah kapan…